
Perlahan aku beranjak mengambil sebuah batu kecil dan melemparkannya ke tengah danau. Airnya beriak tiga dan bahkan hingga lima kali di setiap goresan kerikil yang memantul di air. Sesaat hening menghampiri. Aku mengambil batu yang lebih besar, melemparkannya lagi, riakan airnya lebih dahsyat, riuh berhamburan dalam tikaman batu yang menukik tajam membelah air. Aku terdiam, merenung, mencari, tenang, dan kembali diam.
Masa berpindah, lalu pun berganti. Kini pengalaman di tepi danau mengingatkan kembali di "jalan ini", bahwa jika ucapan dan tindakan itu lebih tajam dari sebilah pedang maka jangan biarkan ia mengusik ketenangan. Ya, alam merupakan satu sumber pengetahuan yang bijak ketika kita bisa memaknai aksara-aksaranya.
"Sempatkanlah selami waktu dengan melihatnya dalam kesunyian agar kita bisa memahami apa arti sebuah suara." (Hezron Tandungan)
*Pesan dari sebuah danau, Sulawesi Selatan, tahun 2004
No comments:
Post a Comment