Tuesday, 7 June 2011

ISTILAH TINGKATAN GURU DALAM SENI BELA DIRI

Jika kita menelusuri asal usul beladiri, khususnya yang berasal dari seni tradisional bela diri bangsa Jepang dan Okinawa, ternyata ada istilah yang berbeda untuk panggilan kepada guru sesuai dengan tingkatannya. Apa arti sesungguhnya masing-masing panggilan tersebut, dan bagaimana menerapkannya secara tepat?

Sistem tingkatan atau sabuk untuk Kyu yang umum digunakan para seniman bela diri diciptakan oleh Jigoro Kano. Kano adalah seorang pendidik, dan ia mengetahui bahwa seseorang akan memberikan respon yang lebih baik kepada tujuan jangka pendek dibandingkan dengan tujuan jangka panjang. Karena itu Kano membagi praktek seni bela diri menjadi beberapa tahapan dan tingkatan (ranking) untuk masing-masing tahapan yang mendorong seorang murid giat berlatih. Konsep ini tetap dipertahankan, dan kini orang berlatih bela diri disamping untuk berprestasi, juga untuk mencapai tingkatan berikutnya dan mendapatkan tanda dan warna sabuk yang berbeda.

Warna-warna telah sejak lama digunakan dalam kuil-kuil untuk membedakan tingkatan. Kano telah mengadaptasi konsep ini untuk mempertegas tingkatan dalam seni bela diri. Warna putih (Shirobi) adalah simbol kemurnian seorang pemula. Warna hitam (Kurobi) menunjukkan akumulasi pengetahuan yang diperoleh selama bertahun-tahun latihan. Kedua warna ini digunakan sebagian besar seni bela diri seperti Karate, Judo, Aikido, Kempo, Taekwondo. Sebenarnya sistem sabuk merupakan pengembangan modern.

Sebelumnya digunakan metode-metode lain seperti memberikan sertifikat kepada para murid. Sertifikat pertama biasanya mengakui seorang murid sebagai Shoden, artinya seorang pemula. Sertifikat kedua menunjukkan yang bersangkutan adalah seorang Chuden, artinya tingkat menengah, yang menunjukkan murid tersebut telah serius dalam latihan. Sertifikat terakhir adalah Okuden, dimana sang murid diijinkan memasuki tradisi rahasia dalam Ryu (suatu aliran atau sistem seni bela diri).
 Dewasa ini di beberapa dojo dan sekolah-sekolah beladiri sebutan-sebutan tersebut digambarkan sebagai Shoden (Dan 1 & 2), Chuden (Dan 3 & 4), Okuden (Dan 5 & 6), Kuden (Dan 7 _), sedangkan pemegang tingkatan Kyu (mudansha) digambarkan sebagai Nyumon (Kyu 0), Shokyu (Kyu 10-8), Chukyu (Kyu 7-4), Jokyu (Kyu 3-1).

Metode kuno lainnya menggunakan lisensi, Menkyo, dimana kelas permulaan adalah Kirikami, yang diberikan pada murid yang telah berlatih selama tiga tahun. Pemberian Kirikami berarti seorang murid telah diterima dalam Ryu sebagai praktisi yang serius. Tingkatan berikutnya adalah Makuroku, atau catatan sistem Waza (teknik) yang menunjukkan sampai sejauh mana pengetahuan yang telah dikuasai murid. Jika setelah 2-10 tahun murid tersebut tetap menunjukkan dedikasinya terhadap perguruan dan kemampuan untuk mengajar, maka kepadanya akan diberikan tingkatan Menkayo, yaitu lisensi untuk mengajar. Pemegang lisensi ini dapat memiliki beberapa gelar panggilan seperti Sensei, Shihan, Renshi, Kyoshi atau Hanshi, tergantung pada sistem yang dipakai masing-masing perguruan. Tingkatan terakhir yang diberikan pada sistem Menkyo adalah sertifikat Kaiden. Tingkatan ini menunjukkan bahwa murid telah mempelajari semua yang diajarkan. Guru Besar suatu perguruan/aliran hanya memberikan tingkatan ini satu kali selama hidupnya, dan biasanya diberikan kepada murid yang paling dekat dan terpercaya.

Demikian juga dengan panggilan menurut tingkatan. Ternyata masih ada berbagai macam panggilan tergantung pada sistem yang digunakan. Para kepala kuil dikenal sebagai Osho dan Soke. Osho berarti 'serdadu perdamaian', biasanya diterjemahkan dalam kaitannya dengan kuil-kuil Budha. Soke diterjemahkan sebagai 'kepala rumah'. Dalam bahasa Jepang, kata "So" yang dikaitkan dengan seni bela diri lebih tepat diterjemahkan sebagai 'guru' (master) daripada 'kepala'. Taisho atau 'guru agung', Soshi yang berarti 'guru kepala', Master Teacher, Doshu atau Way Master. Sosho yang berarti 'guru' atau 'guru suatu seni' dan Kaisho atau 'cikal bakal' serta Shodai yang biasanya digunakan hanya untuk Headmaster pertama. Istilah ini sering diterjemahkan sebagai 'pendiri', akan tetapi arti sebenarnya adalah 'generasi pertama' (misalnya Soke Chojun Miyagi, Pendiri GojuRyu). Didai Soke dan Sandai Soke masing-masing dapat diterjemahkan sebagai 'generasi kedua' dan 'generasi ketiga'. Dua istilah yang sering salah diterjemahkan sebagai pendiri atau sebagai headmaster adalah Kaicho dan Kancho. Kaicho berarti 'presiden asosiasi' atau ryu. sedangkan Kancho adalah seorang grandmaster. Contoh seorang tokoh yang paling banyak mendapatkan dan memiliki gelar dalam seni bela diri, yaitu Gogen Yamaguchi,
yang memiliki dan mendapatkan gelar antara lain Grandmaster, Kaicho (Presiden dari International Karate-Do Gojukai Association, IKGA), Hanshi (yang adalah pemegang DAN 10, seperti tertulis dalam Guinnes Book of Record, rekaman rekor dunia yang diedit oleh Norris Mc Whirter dan Stan Greenberg, yang memuat lebih dari 2000 prestasi mengagumkan dari setiap sudut muka bumi).

Seorang Soke di Jepang mengetahui bahwa pewarisnya, yang merupakan puteranya sendiri, masih terlalu muda untuk memimpin asosiasi. Karena itu sebelum meninggal, dia akan menamakan puteranya Sandai Soke dan memberikan panggilan Kaicho kepada muridnya yang paling senior.

Kensei, adalah gelar kehormatan yang berarti "pria yang tercerahkan atau bijaksana".
Salah seorang yang memperoleh gelar ini adalah master Gogen Yamaguchi, tokoh karate yang memiliki visi yang sangat kuat dan seorang yang bijak, yang menjalani kehidupan yang sangat religius dan spiritual yang menggabungkan KarateDo dengan Shinto dan Yoga.

Sensei merupakan istilah generik untuk semua guru, akan tetapi sebagian organisasi memberikan gelar itu secara khusus kepada orang yang telah memenuhi syarat untuk mengajar. Mengajar dianggap sebagai tanggung jawab yang harus diemban seseorang, bukan merupakan hak otomatis yang diperoleh bersamaan dengan sabuk hitam yang diperolehnya. Jika tidak diterjemahkan secara harfiah, gelar Sensei berarti 'kehidupan sebelumnya'. Sebagian besar master mengambil istilah ini dengan pengertian bahwa seorang Sensei adalah orang yang mengajarkan apa yang dipikirkannya dan bahwa tingkatan kreatifitas yang lebih tinggi belum tercapai.

Renshi adalah panggilan yang diberikan seseorang yang telah mengabdikan dirinya kepada seorang master, dan ia sendiri merupakan guru yang sangat qualified. Terjemahan harfiah Renshi adalah 'guru ahli mendidik'.  

Kyoshi sering diterjemahkan sebagai 'instruktur senior' atau 'instruktur kepala', sedangkan makna yang sebenarnya adalah 'guru yang dipercaya'. Orang yang telah mendapatkan gelar Kyoshi dianggap sebagai pendukung setia dari Ryu dimana dia bergabung.

Shihan adalah panggilan lain yang digunakan untuk menunjukkan penguasaan suatu seni bela diri. Biasanya orang yang telah mendapatkan gelar Shihan berhak mengenakan ikat pinggang yang sebagian berwarna merah dan putih. Dalam beberapa gaya seni bela diri, Shihan merupakan istilah umum yang menunjukkan orang tersebut telah menguasai seni bela diri di atas sabuk hitam.

Hanshi adalah seorang headmaster dan menunjukkan orang tersebut telah menguasai sei bela diri sepenuhnya dan menguasai seutuhnya Ryu dari bela diri yang dia anut. Salah satu panggilan yang paling jarang dan paling berarti dalam seni bela diri bangsa Jepang dan Okinawa yang dikenal dalam beberapa bela diri tertentu adalah..
 Meijin. Meijin biasanya diberikan kepada instruktur yang telah berusia lanjut dan telah menunjukkan dedikasi, komitmen dan pengabdian khusus pada seni bela diri masing-masing. Meijin berarti 'orang bijaksana', yang juga berkaitan dengan seseorang yang telah berhasil mengembangkan tingkat spiritual yang tinggi.
-------------------


Hezron Tandungan - Budoka, Praktisi Jalan Karate

No comments:

Post a Comment

JALAN KARATE DAN PEMIKIRANNYA YANG SEDERHANA

Pada dasarnya Karate-Do merupakan latihan-latihan berat yang akan membawa seseorang dapat kembali ke alam dan pemikiran dimana ia sepert...