Kisah ini
bermula pada hari minggu, 10 Agustus 1997 (hampir 20 tahun yang lalu). Saat itu
saya bersiap-siap berangkat menuju dojo,
tepatnya di Dojo Gojukan Setyo Haryono.
Seragam karate yang selalu tersusun ala shikaku no gi pun saya masukkan dengan rapi kedalam tas lengkap
dengan sabuk. Hari itu, saya bukan akan mengikuti latihan gabungan sebagaimana
biasanya, namun akan mengikuti satu tahapan kegiatan yakni Ujian/Penataran
Instruktur Karate hari ke-dua dari Kyoshi Shihan Achmad Ali, mendiang.
Dengan menaiki sepeda sekitar 20
menit, saya pun tiba di depan dojo. Setelah memarkir sepeda saya diluar pagar
dan meletakkan alas kaki, saya lantas memberi hormat dojo seperti biasa tepat di
pintu masuk dojo yang letaknya di sebelah kanan. Di dalam ternyata sudah ada beberapa senior Goju lainnya, dan
dengan serta merta saya pun lantas menghampiri mereka satu per satu seraya memberi
hormat. (Di Dojo Gojukan Setyo Haryono, kami memang dididik keras untuk selalu
menghargai/menghormati etika dan tata tertib selama di dalam dojo. Aturan
hormat misalnya, seorang kohai (sabuk
coklat kebawah), wajib hukumnya melakukan tradisi penghormatan kepada seorang senpai/yudansha, dan seterusnya, seorang
senpai pun wajib melakukan tradisi penghormatan kepada seorang yudansha
diatasnya. Artinya jika ada 20 orang
disitu berada diatas tingkatan Anda/berdasarkan kesenioritasannya, maka Anda wajib
mendatangi mereka satu demi satu untuk melakukan tradisi penghormatan. Saat itu
pun saya tidak pernah mendengar istilah panggilan “pai” untuk menyapa seorang sempai,
dan “sei” untuk menyapa seorang sensei. Cara duduk dalam dojo, kalau bukan seiza, ya harus dengan anza (bersila) jika lagi “santai”. Jadi
Anda jangan berpikir untuk sekalipun melakukan kegiatan lain yang dianggap
tidak perlu seperti berdiri seenaknya, berbisik-bisik apalagi bercengkerama
dengan leluasa dan hal-hal lain yang dianggap “mengotori” tradisi, etika, dan
tata krama selama di dalam dojo. Yang ada dalam Dojo Gojukan Setyo Haryono
setahu saya adalah terdapatnya karateka-karateka yang sikap dan bersikap
ksatria dimana kita betul-betul dijadikan menjadi sosok pria terhormat dalam
mempelajari dengan rinci beragam makna, prinsip dan filosofi dari Goju Ryu itu.
Setelah melakukan junbi undo, kemudian kami yang berjumlah puluhan itu pun langsung diuji dengan beragam materi. Kyoshi Shihan Achmad Ali, almarhum begitu jeli memantau gerakan gerakan kami dan memang beliau saat itu turun langsung dalam memberikan arahan termasuk ikut sebagai sparring partner yakuzoku kumite satu per satu peserta ujian. Beliau terkadang dapat melihat kesalahan dalam melakukan teknik sekecil apapun pada peserta di barisan paling belakang sekalipun. (Memang beliau kami kenal sebagai sosok pribadi yang sangat teliti, perihal sekecil apapun di dalam dojo beliau perhatikan. Pernah dalam satu sesi latihan beliau mendapatkan ada rembesan air mengalir sedikit dari sela-sela tembok sebelah kanan dojo yang kami sendiri tidak memperhatikannya. Beliau pada saat itu, saya masih ingat, dengan sigap langsung memerintahkan seorang diantara kami untuk mencari tahu penyebabnya, kemudian membetulkannya, baru setelah itu kami melanjutkan latihan lagi…
Hari menjelang sore, cermin besar
di depan saya jadi saksi bisu betapa
bersemangatnya saat itu. Dan pada akhirnya, setelah berkisah sedikit serta
memberikan arahan-arahan termasuk pemahaman tentang nilai-nilai budo, beliau lalu memberikan ijazah
sebagai bukti kelulusan dan keikutsertaan kami. Sertifikat Instruktur dengan Nomor; 022/97 pun resmi berada di dalam genggaman saya dan setelah mengikuti upacara
tradisi, saya pun melangkahkan kaki keluar, setelah sebelumnya melakukan
penhormatan pada dojo.
Akhirnya harapan saya pribadi bahwa semoga Dojo Gojukan Setyo Haryono tetap pada “kesakralannya” hingga selalu menciptakan dan menjadi rumah bagi karateka-karateka yang berjiwa ksatria yang sesungguhnya, yang tetap menjunjung tinggi nama baik perguruan dengan tujuan-tujuan mulianya yang beralaskan rasa syukur kepada Sang Khalik.
Onegaishimasu Kyoshi Shihan Prof. DR. Achmad Ali, SH., MH.
Damailah dalam tidur panjangmu.....
Onegaishimashu..
ReplyDelete