Mari menghargai semua itu dengan tidak berupaya untuk mengaburkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kita jangan hanya gerah ketika budaya kita dipermainkan, tetapi kita juga harus menjaga kesantunan dengan tidak menyepelekan bahasa (budaya) orang, apalagi itu menyangkut pula dengan tradisi kependekaran yang membesarkan kita.
Jika kita besar oleh Karate-Do maka mari kita besarkan Karate-Do tersebut beserta nilai-nilainya yang ada, dan bukan dengan mengambil satu bagian kecil saja, teknik misalnya sebab Karate-Do terjalin bukan saja dari teknik semata namun disana ada filosofi, etika, tradisi, dan lain sebagainya, termasuk bahasa (budaya) yang telah tersepakati wajib kita hargai.
Bukankah salah satu tujuan sebenarnya Karate-Do adalah penempaan karakter praktisinya?
Kita boleh berlatih dalam kurun waktu yang lama, tetapi jika kita hanya menggerakkan kaki, tangan, melompat seperti boneka maka berlatih karate memang tak ubahnya seperti belajar menari. Kita tidak akan mencapai inti dari permasalahannya, dan tujuan sebenarnya "tangan kosong" hanya bisa kita gapai-gapai dalam gelap dan kegamangan, hasrat kita untuk memahami Karate-Do tak akan pernah tercapai.
Meskipun kita acapkali "menyakiti" Karate-Do tetapi ia terus dan akan terus berupaya membentuk karakter, memperbaiki tingkah laku, etika, menghargai tradisi, adab kesopanan, sikap hormat kita dalam bentuk ucapan maupun tindakan-tindakan nyata dari para praktisinya.
Meskipun kita acapkali "menyakiti" Karate-Do tetapi ia terus dan akan terus berupaya membentuk karakter, memperbaiki tingkah laku, etika, menghargai tradisi, adab kesopanan, sikap hormat kita dalam bentuk ucapan maupun tindakan-tindakan nyata dari para praktisinya.
Maafkan saya, ini sekadar mengingatkan dari sesuatu yang selama ini kita (mungkin) lupakan dan anggap biasa.
Mari kita menghargai "tangan kosong" itu dengan segala identitas yang melekat padanya.
Semoga bermanfaat.
Arigato gozaimasu!
------
"Ketika sikap hormat dan etika tidak terpelihara di 'jalan budo', maka sebenarnya kita sedang berada pada dua persimpangan yang sama; tersesat ataukah hilang bentuk."
(Hezron Tandungan).
No comments:
Post a Comment